Rabu, 10 April 2013

SEMINAR BIOLOGI IKIP PGRI SEMARANG



MAKALAH
Pengaruh Kombinasi NPK dan Pupuk Kandang terhadap Sifat Tanah dan Pertumbuhan serta Produksi Tanaman Bayam
Dosen Pengampu : M. Saipul Hayat, M.Pd.


Oleh :

Fajar Riardi Prambudi        08320311

JURUSAN PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU PENGETAHUAN ALAM
IKIP PGRI SEMARANG
2011
Pengaruh Kombinasi NPK dan Pupuk Kandang terhadap Sifat Tanah dan Pertumbuhan serta Produksi Tanaman Bayam

PENDAHULUAN
            Pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat dan semakin meningkatnya kesadaran masyarakat akan kebutuhan gizi makanan, akan mendorong minat masyarakat untuk mengkonsumsi sayur-sayuran. Dengan demikian tentu diharapkan permintaan pasar akan sayur-sayuran, saat ini akan terus meningkat, khususnya di daerah perkotaan. Meningkatnya minat masyarakat terhadap sayursayuran, khususnya bayam dapat memberikan motivasi yang kuat bagi petani untuk mengusahakan dan membudidayakan sayuran bayam secara intensif
.
Tanah-tanah di daerah tropik termasuk di indonesia pada umumnya memiliki kandungan bahan organik rendah dan miskin unsur hara (Sanchez,1982). Tanah miskin bahan organik akan berkurang kemampuan daya sangga terhadap pupuk, sehingga efisiensi pupuk anorganik rendah, karena sebagian besar pupuk akan hilang dari lingkungan perakaran (Widjaya Adi et al., 1998). Tanaman sayur-sayuran pada umumnya akan tumbuh baik pada tanah dengan kandungan bahan organik (humus) yang tinggi, tidak tergenang, memiliki aerasi dan drainasi yang baik (Haryanto et al., 2006). Kandungan bahan organic yang rendah merupakan kendala utama dalam produksi sayur-sayuran. Oleh karena itu untuk mendapatkan produksi sayur-sayuran yang tinggi, disamping pemberian pupuk kimia juga harus dilakukan pemberian pupuk organik.
Kelebihan pemakaian dan atau tidak tepatnya waktu pemupukan dapat merusak tanaman dan mengakibatkan tidak efisiennya pemakaian input. Secara umum, banyak petani menggunakan pupuk urea (nitrogen) pada tanaman padi lebih banyak daripada pupuk lainnya, karena pupuk nitrogen relatif murah harganya dibanding pupuk lain. Pemakaian pupuk yang tidak seimbang secara terus menerus pada tanaman padi atau tanaman lainnya dapat memperburuk degradasi tanah dan mengakibatkan meningkatnya masalah hama dan penyakit. Tanggapan tanaman terhadap pupuk Nitrogen sangat cepat yang efeknya dapat segera terlihat pada warna daun bayami. Sebagian besar petani cendrung beranggapan bahwa tanaman bayam yang berwarna hijau gelap akan memberikan hasil panen yang tinggi. Untuk menentukan warna hijau yang tepat agar mendapatkan hasil yang maksimum digunakan bagan warna daun (LCC = Leaf Color Chart) yang sederhana dan murah yang dapat membantu petani menentukan intensitas warna daun bayam, sehingga petani dapat menentukan kebutuhan pupuk nitrogen yang harus diaplikasikan. Metode ini sangat membantu petani dalam aplikasi pupuk Nitrogen sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman.
Disamping pupuk N, pupuk P dan K pada program intensifikasi bayam telah menyebabkan penimbunan fosfat dan kalium pada tanah sawah yang menyebabkan efisiensi pupuk menurun. Penurunan efisiensi ini dapat disebabkan oleh banyak faktor, namun faktor yang utama adalah hubungan tanah dan tanaman. Berbagai analisis dan asumsi terjadinya pelandaian produktivitas/penurunan efisiensi pupuk adalah karena terkurasnya hara lain sebagai akibat pemupukan N dan P berlebihan. Untuk melaksanakan intensifikasi padi sawah diperlukan rakitan teknologi pemupukan yang lebih efisien dan mudah diadopsi petani.

Mengingat ketersediaan pupuk kimia pada saat sekarang ini semakin sulit, dan harganya semakin mahal, akibat adanya pengurangan subsidi oleh pemerintah, maka penggunaannya harus diusahakan seefisien mungkin. Pemupukan yang kurang dari kebutuhan tanaman akan menjadikan tidak optimalnya produksi. Kelebihan pemupukan juga berarti pemborosan dan dapat menyebabkan tanaman rentan terhadap serangan hama dan penyakit, serta dapat menimbulkan pencemaran lingkungan. Peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan pemberian bahan organik. Salah satu sumber bahan organik yang banyak tersedia disekitar petani adalah pupuk kandang.


RUMUSAN MASALAH
  1. Bagaimana pengaruh pemberian kombinasi NPK dan pupuk kandang terhadap sifat tanah pada tanaman bayam?
  2. Bagaimana kecepatan pertumbuhan tanaman tomat dengan perlakuan pemberian kombinasi NPK dan pupuk kandang?
  3. Dengan kombinasi pupuk berkosentrasi berapa tanaman tomat dapat menghasilkan hasil panen yang paling maksimal?
  4. Bagaimana produktifitas tanaman tomat setelah diberi kombinasi NPK dan pupuk kandang?
BATASAN MASALAH
  1. Subyek penelitian adalah pupuk NPK dan pupuk kandang yang digunakan untuk proses pemupukan.
  2. Obyek penelitian adalah tanaman tomat yang diberi 5 kosentrasi kombinasi pupuk yang berbeda.
  3. Parameter yang digunakan dalam penelitian adalah sifat tanah, pertumbuhan dan produktifitas tanaman bayam.
TUJUAN PENELITIAN                                  
  1. Untuk mengetahui produktifitas tanaman tomat dengan pemupukan berbeda kosentrasi kombinasi antara NPK dan pupuk kandang.
  2. Untuk mengetahui sifat tanah setelah pemupukan berbeda kosentrasi kombinasi antara NPK dan pupuk kandang.
  3. Untutk mengetahui kecepatan pertumbuhan tanaman bayam.
MANFAAT PENELITIAN
  1. Sebagai sumber pengetahuan bagi peneliti.
  2. Memberi informasi kepada masyarakat bahwa penggunaan kombinasi pupuk NPK dan pupuk kandang lebih efisien.
  3. Mengurangi pupuk anorganik dalam pembudidayaan tanaman bayam.
  4. Untuk meningkatkan produksi tanaman bayam dengan kombinasi dua pupuk.
HIPOTESIS
            Dengan adanya penelitian ini diharapkan hasil produksi tanaman bayam akan meningkat karena dengan adanya pemupukan yang dilakukan antara kombinasi dengan pupuk kandang, mengapa demikian karena pupuk NPK selain menyuburkan tanah juga berfungsi untuk proteksi terhadap penyakit tanaman bayam. Disisi lain, pupuk kandang punya kelebihan diantaranya tidak memberi efek negative ( hilangnya unsure hara pada tanah ) seperti pemberian pupuk NPK. Sehingga sifat tanah akan stabil kecepatan tumbuh tanaman bayam akan cepat dan produktifitasnya juga akan lebih baik.




KAJIAN TEORI
Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :
Derajat Kemasaman Tanah (pH)
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah, semakin masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula ion OH-, yang jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. pada tanah-tanah masam jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-, sedang pada tanah alkalis kandungan OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH- , maka tanah bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7 (Anonim 1991).
C-Organik
Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah C-Organik (Anonim 1991). Bahan organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah. Musthofa (2007) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kandungan bahan organik dalam bentuk C-organik di tanah harus dipertahankan tidak kurang dari 2 persen.
N-Total
Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5 % bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein (Hanafiah 2005). Menurut Hardjowigeno (2003) Nitrogen dalam tanah berasal dari :
·         Bahan Organik Tanah : Bahan organik halus dan bahan organik kasar
·         Pengikatan oleh mikroorganisme dari N udara
·         Pupuk
·         Air Hujan
P-Bray
Unsur Fosfor (P) dalam tanah berasal dari bahan organik, pupuk buatan dan mineral-mineral di dalam tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh tanaman pada pH sekitar 6-7 (Hardjowigeno 2003). Siklus Fosfor sendiri dapat dilihat pada Gambar 2.
Dalam siklus P terlihat bahwa kadar P-Larutan merupakan hasil keseimbangan antara suplai dari pelapukan mineral-mineral P, pelarutan (solubilitas) P-terfiksasi dan mineralisasi P-organik dan kehilangan P berupa immobilisasi oleh tanaman fiksasi dan pelindian (Hanafiah 2005).
Kalium (K)
Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah Nitrogen dan Fosfor yang diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari Kalium akan membantu menetralisir muatan listrik yang disebabkan oleh muatan negatif Nitrat, Fosfat, atau unsur lainnya. Hakim et al. (1986), menyatakan bahwa ketersediaan Kalium merupakan Kalium yang dapat dipertukarkan dan dapat diserap tanaman yang tergantung penambahan dari luar, fiksasi oleh tanahnya sendiri dan adanya penambahan dari kaliumnya sendiri. Kalium tanah terbentuk dari pelapukan batuan dan mineral-mineral yang mengandung kalium.
Natrium (Na)
Natrium merupakan unsur penyusun lithosfer keenam setelah Ca yaitu 2,75% yang berperan penting dalam menentukan karakteristik tanah dan pertumbuhan tanaman terutama di daerah kering dan agak kering yang berdekatan dengan pantai, karena tingginya kadar Na di laut, suatu tanah disebut tanah alkali jika KTK atau muatan negatif koloid-koloidnya dijenuhi oleh ≥ 15% Na, yang mencerminkan unsur ini merupakan komponen dominan dari garam-garam larut yang ada. Pada tanah-tanah ini, mineral sumber utamanya adalah halit (NaCl). Kelompok tanah alkalin ini disebut tanah halomorfik, yang umumnya terbentuk di daerah pesisir pantai iklim kering dan berdrainase buruk. Sebagaimana unsur mikro, Na juga bersifat toksik bagi tanaman jika terdapat dalam tanah dalam jumlah yang sedikit berlebihan (Hanafiah, 2005).

Kalsium (Ca)
Kalsium tergolong dalam unsur-unsur mineral essensial sekunder seperti Magnesium dan Belerang. Ca2+ dalam larutan dapat habis karena diserap tanaman, diambil jasad renik, terikat oleh kompleks adsorpsi tanah, mengendap kembali sebagai endapan-endapan sekunder dan tercuci (Leiwakabessy 1988). Adapun manfaat dari kalsium adalah mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan biji serta menguatkan batang dan membantu keberhasilan penyerbukan, membantu pemecahan sel, membantu aktivitas beberapa enzim (RAM 2007).
Magnesium (Mg)
Magnesium merupakan unsur pembentuk klorofil. Seperti halnya dengan beberapa hara lainnya, kekurangan magnesium mengakibatkan perubahan warna yang khas pada daun. Kadang-kadang pengguguran daun sebelum waktunya merupakan akibat dari kekurangan magnesium (Hanafiah 2005).
Kapasitas Tukar Kation (KTK)
Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir (Hardjowogeno 2003). Nilai KTK tanah sangat beragam dan tergantung pada sifat dan ciri tanah itu sendiri.
Kejenuhan Basa (KB)
Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang ditukarkan dengan kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen. Kejenuhan basa rendah berarti tanah kemasaman tinggi dan kejenuhan basa mendekati 100% tanah bersifal alkalis. Tampaknya terdapat hubungan yang positif antara kejenuhan basa dan pH. Akan tetapi hubungan tersebut dapat dipengaruhi oleh sifat koloid dalam tanah dan kation-kation yang diserap.

Beberapa Sifat Biologi Tanah antara lain :
Total Mikroorganisme Tanah
Tanah dihuni oleh bermacam-macam mikroorganisme. Jumlah tiap grup mikroorganisme sangat bervariasi, ada yang terdiri dari beberapa individu, akan tetapi ada pula yang jumlahnya mencapai jutaan per gram tanah. Mikroorganisme tanah itu sendirilah yang bertanggung jawab atas pelapukan bahan organik dan pendauran unsur hara. Dengan demikian mereka mempunyai pengaruh terhadap sifat fisik dan kimia tanah (Anas 1989)
Selanjutnya Anas (1989), menyatakan bahwa jumlah total mikroorganisme yang terdapat didalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan tanah (fertility indeks), tanpa mempertimbangkan hal-hal lain. Tanah yang subur mengandung sejumlah mikroorganisme, populasi yang tinggi ini menggambarkan adanya suplai makanan atau energi yang cukup ditambah lagi dengan temperatur yang sesuai, ketersediaan air yang cukup, kondisi ekologi lain yang mendukung perkembangan mikroorganisme pada tanah tersebut.
Jumlah mikroorganisme sangat berguna dalam menentukan tempat organisme dalam hubungannya dengan sistem perakaran, sisa bahan organik dan kedalaman profil tanah. Data ini juga berguna dalam membandingkan keragaman iklim dan pengelolaan tanah terhadap aktifitas organisme didalam tanah (Anas 1989).
Jumlah Fungi Tanah
Berperan dalam perubahan susunan tanah. Fungi tidak berklorofil sehingga mereka menggantungkan kebutuhan akan energi dan karbon dari bahan organik. Fungi dibedakan dalam tiga golongan yaitu ragi, kapang, dan jamur. Kapang dan jamur mempunyai arti penting bagi pertanian. Bila tidak karena fungi ini maka dekomposisi bahan organik dalam suasana masam tidak akan terjadi (Soepardi, 1983).
Jumlah Bakteri Pelarut Fosfat (P)
Bakteri pelarut P pada umumnya dalam tanah ditemukan di sekitar perakaran yang jumlahnya berkisar 103 – 106 sel/g tanah. Bakteri ini dapat menghasilkan enzim Phosphatase maupun asam-asam organik yang dapa melarutkan fosfat tanah maupun sumber fosfat yang diberikan (Santosa et.al.1999 dalam Mardiana 2006). Fungsi bakteri tanah yaitu turut serta dalam semua perubahan bahan organik, memegang monopoli dalam reaksi enzimatik yaitu nitrifikasi dan pelarut fosfat. Jumlah bakteri dalam tanah bervariasi karena perkembangan mereka sangat bergantung dari keadaan tanah. Pada umumnya jumlah terbanyak dijumpai di lapisan atas. Jumlah yang biasa dijumpai dalam tanah berkisar antara 3 – 4 milyar tiap gram tanah kering dan berubah dengan musim (Soepardi, 1983)
Total Respirasi Tanah
Respirasi mikroorganisme tanah mencerminkan tingkat aktivitas mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi (mikroorganisme) tanah merupakan cara yang pertama kali digunakan untuk menentukan tingkat aktifitas mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi telah mempunyai korelasi yang baik dengan parameter lain yang berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme tanah seperti bahan organik tanah, transformasi N, hasil antara, pH dan rata-rata jumlah mikroorganisrne (Anas 1989).
Pemupukan pada Tanah
Pemberian pupuk kandang dapat mengurangi penggunaan dan meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia (Ma et al., 1999; Martin et al., 2006) juga akan menyumbangkan unsur hara bagi tanaman serta meningkatkan serapan unsur hara oleh tanaman (Wigati et al., 2006; Faesal et al., 2006; Taufiq et al.,2007). Disamping itu pemberian pupuk kandang juga dapat memperbaiki sifat fisika tanah, yaitu kapasitas tanah menahan air, kerapatan massa tanah, dan porositas total (Slameto, 1997), memperbaiki stabilitas agregat tanah (Widjaya Adi et al., 1998) dan meningkatkan kandungan humus tanah (Wigati et al., 2006) suatu kondisi yang dikehendki oleh tanaman sayur-sayuran. Namun pada umumnya untuk meningkatkan produksi tananam hortikultura memerlukan bahan organik dengan dosis tinggi.
Suwandi dan Azirin (1986) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil kentang yang tinggi membutuhkan pupuk kandang sebesar 20-30 Mg ha-1. Pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan produksi secara nyata pada bawang merah dengan dosis 10-30 Mg ha-1 (Zubaidah dan Kari,1997), caisim dengan dosis 20 Mg ha-1 (Syukur, 2005). Akibatnya penggunaan pupuk kandang dinilai banyak pihak kurang efisien dan tidak ekonomis karena volume aplikasinya tinggi. Namun Sunarlim et al. (1999) mendapatkan bahwa total serapan N terbaik oleh tanaman tomat dan cabe merah didapatkan pada perlakuan kombinasi urea dan kompos yang berasal dari kotoran ayam. Adil et al. (2006) mendapatkan bahwa untuk tanaman bayam serapan N dan efisiensinya tertinggi didapatkan pada perlakuan kombinasi kompos kotoran ayam dan urea. Nyinareza dan Snapp (2007) mendapatkan bahwa pemberian pupuk kandang ayam dapat meningkatkan produksi tomat, dan meningkatkan efisiensi serapan N sampai 20% pada percobaan lapang dan 35% pada percobaan pot.
Selanjutnya dikatakan bahwa kombinasi penggunaan pupuk kandang ayam dan pengurangan pupuk anorganik menghasilkan ketersediaan N yang tinggi dan pelepasan NO3 yang konstan selama masa pertanaman, yang menunjukkan terjadinya keselarasan antara ketersediaan dan serapan N oleh tanaman tomat. Oleh karena itu perlu diupayakan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik melalui pengelolaan pupuk terpadu, yaitu dengan mengkombinasikan antara pupuk organik dan pupuk kimia yang tepat, sehingga biaya penggunaan pupuk dapat ditekan, tetapi tingkat produksinya tetap tinggi.
Perkembangan akar tanaman yang sangat pesat disebabkan oleh perbaikan sifat fisika tanah (Slameto, 1997; Wigati et al., 2006) akibat dari meningkatnya ketersediaan unsur hara N dan P dan K serta kandungan asam humik dan asam fulvik (humus tanah). Karena pengaruh perlakuan terhadap panjang akar tidak nyata, maka hal ini berarti peningkatan bobot akar tersebut disebabkan semakin banyaknya jumlah akar. Jumlah akar yang semakin banyak akan meningkatkan kemampuan tanaman untuk menyerap unsur hara oleh tanaman (Wigati et al., 2006; Faesal et al., 2006; Taufiq et al., 2007), akhirnya efisiensi serapan unsur hara dari pemberian pupuk buatan meningkat. Sunarlim et al. (1999) mendapatkan bahwa total serapan N terbaik oleh tanaman tomat dan cabe merah didapatkan pada perlakuan kombinasi urea dan kompos yang berasal dari kotoran ayam.
Adil et al. (2006) mendapatkan bahwa serapan N oleh tanaman bayam serapan N dan efisiensinya tertinggi didapatkan pada kombinasi kompos kotoran ayam dengan urea. Nyinareza dan Snapp (2007) mendapatkan bahwa pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan produksi tomat. Serapan N oleh tanaman pada perlakuan kombinasi pupuk kandang dan pupuk anorganik tidak berbeda dengan perlakuan pemberian pupuk N anorganik saja. Dia menjelaskan bahwa meningkatnya produksi tersebut disebabkan oleh serapan unsur hara lainnya, yaitu P, K, Ca, dan Mg yang lebih tinggi pada perlakuan pupuk kandang dibandingkan dengan tanpa pemberian pupuk kandang. Namun demikian, efisiensi serapan N oleh tanaman tomat pada perlakuan pupuk kandang lebih tinggi (62%) daripada tanpa pupuk kandang (52%). Ma et al. (1999) mendapatkan bahwa peningkatan serapan N oleh tanaman akibat dari pemberian pupuk kandang disebabkan oleh menurunnya pencucian NO3 -1.

Kemasaman tanah, C-total, dan N –total
Pernyataan Halvin et al. (1999) bahwa pemberian pupuk urea dapat menurunkan pH tanah dan sebaliknya Slameto (1997) dan Syukur dan Nur Indah (2006) mendapatkan bahwa pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan pH tanah. Eghball (2002) mendapatkan bahwa pemberian pupuk N dalam bentuk NH4NO3 dapat menurunkan pH tanah secara nyata, tetapi penurunan pH tersebut semakin berkurang dengan semakin meningkatnya dosis pupuk kandang yang diberikan.

Fosfor tersedia, K-dd, Asam Humik dan Asam Fulvik
Syukur dan Nur Indah (2006) juga mendapatkan bahwa pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan kandungan asam humik dan asam fulvik. Tampaknya perbaikan terhadap sifat tanah tersebut lebih banyak disebabkan oleh pengaruh meningkatnya kandungan asam humik dan asam fulvik. Sanchez (1982) menyatakan bahwa bahan organik tanah secara langsung dapat berfungsi sebagai sumber unsur hara, terutama N, S, dan sebagian P, serta unsur mikro. Secara tidak langsung bahan organik tanah berperan dalam meningkatkan kesetabilan agregat, kapasitas menahan air, kapasitas tukar kation (KTK), daya sangga tanah, serta menurunkan jerapan P oleh tanah.
Asam humik dan asam fulvik ini sangat reaktif di dalam tanah karena muatan negatifnya yang sangat tinggi, sehingga dapat menyumbangkan KTK tanah. Stevenson (1982) menyatakan bahwa sekitar 20-70% KTK pada berbagai tanah lapisan atas disumbangkan oleh asam humik dan asam fulfik. Wigati et al. (2006) mendapatkan bahwa pemberian pupuk kandang dapat meningkatan KTK tanah. Peningkatan KTK tanah akan meningkatkan kemampuan tanah untuk mengikat K, sehingga K akan terhindar dari pencucian (Ma et al., 1999). Peningkatan asam humik dan asam fulvik yang tinggi juga akan menyelimuti Fe/Al sehingga mengurangi jerapan P (Sanchez, 1982; Halvin et al., 1999). Akhirnya akibat dari pemberian pupuk kandang akan meningkatkan P tersedia dan Kdd. Hal yang sama juga didapatkan oleh Ma et al. (1999) dan Nyinareza dan Snapp (2007). Adil et al. (2006) menyimpulkan dari percobaan pot, bahwa kompos dari kotoran ayam dan sapi diberikan hanya cukup untuk tanaman tomat yang berumur 3 bulan satu kali musim tanam saja, penanaman pada musim berikutnya memberikan hasil yang kurang baik. sedangkan untuk tanaman kangkung, pemberian kompos baik dari pupuk kandang sapi maupun pupuk kandang ayam dapat digunakan sampai 3 kali penanaman atau sekitar 4 bulan.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini akan dilaksanakan di Desa Jatingarang Kecamatan Bodeh Kabupaten Pemalang dengan luas lahan pada masing-masing perlakuan adalah 2 x 3 meter dan dilakukan dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan 3 ulangan. Perlakuan terdiri 5 macam, yaitu:
K0 = NPK 100% + pupuk kandang 0%
K1 = NPK 75% + pupuk kandang 25%  
K2 = NPK 50% + pupuk kandang 50%
K3 = NPK 25% + pupuk kandang 75%
K4 = NPK 0 % + pupuk kandang 100%
Pupuk kandang yang digunakan adalah kotoran ayam.

KESIMPULAN
  • Pemberian pupuk kandang ayam dapat mengurangi pengunaan NPK. Pemberian NPK dikombinasikan dengan pupuk kandang memberikan hasil yang labih baik daripada NPK 100% atau pupuk kandang saja.
  • Pemberian pupuk kandang ayam dengan dosis lebih besar pengaruhnya dapat meningkatkan C-total, N-total, P dan K tersedia







DAFTAR PUSTAKA
  • Adil, H.H., N. Sunarlim, dan I. Rostika. 2006. Pangruh tiga jenis pupuk nitrogen terhadap tanaman sayuran. Biodiversitas 7 (1): 77-80.
  • Halvin, J.L. , S.M. Tisdale., W.L. Nelson, and J.D. Beaton. 1999. Soil Fertility and Fertilizer. An Introduction to Nutrient Management. Prentice Hall, Inc. 499 p.
  • Haryanto, E., T. Suhartini, E. Rahayu, dan H.H. Sunarjono. 2006. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta.112 p.
  • Suwandi dan A. Azirin. 1986. Penelitian pemupukan berimbang dalam meningkatkan produksi dan mutuhasil hortikultura (sayuran). Prosiding Lokakarya Efisiensi Penggunaan Pupuk. Cipayung, 6-7 Agustus 1986. PPT, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, pp. 343-368.
  • Syukur, A. 2005. Pengaruh pemberian bahan organic terhadap sifat-sifat tanah dan pertumbuhan caisim di tanah pasir pantai. J. I. Tanah Lingk. 5 (1): 30-38.
  • Syukur, A dan M. Nur Indah. 2006. Kajian pengaruh pemberian macam pupuk organik terhadappertumbuhan dan hasil tanaman jahe di Inceptisol, Karanganyar. J. I. Tanah Lingk. 6 (2): 124-131.
  • Wigati, E.S., A. Syukur, dan D.K.Bambang. 2006. Pengaruh takaran bahan organik dan tingkat kelengasan tanah terhadap serapan fosfor oleh kacang tunggak di tanah pasir pantai. J. I. Tanah Lingk. 6 (2): 52-58.
  • Zubaidah, Y dan Z. Kari .1997. Tanggap bawang merah terhadap pupuk kandang dan pupuk nitrogen. In: J. Lumbanraja, Dermiyati, S.B. Yuwono, Sarno, Afandi, A. Niswati, Sri Yusnaini, T. Syam, daan Erwanto (Eds.). Prosiding Sem. Nas. Identifikasi Masalaah Pupuk Nasional dan Standarisasi Mutu yang Efektif. Unila-Bandar Lampung, 22 Desember 1997, pp. 53- 60.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar