MAKALAH
“
Pengaruh Kombinasi NPK dan Pupuk Kandang
terhadap Sifat Tanah dan Pertumbuhan serta Produksi Tanaman Bayam ”
Dosen
Pengampu : M. Saipul Hayat, M.Pd.
Oleh
:
Fajar Riardi Prambudi 08320311
JURUSAN
PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS
PENDIDIKAN MATEMATIKA DAN
ILMU
PENGETAHUAN ALAM
IKIP
PGRI SEMARANG
2011
Pengaruh Kombinasi NPK dan Pupuk Kandang terhadap Sifat Tanah dan Pertumbuhan serta Produksi Tanaman Bayam
Pengaruh Kombinasi NPK dan Pupuk Kandang terhadap Sifat Tanah dan Pertumbuhan serta Produksi Tanaman Bayam
PENDAHULUAN
Pertambahan
jumlah penduduk yang terus meningkat dan semakin meningkatnya kesadaran
masyarakat akan kebutuhan gizi makanan, akan mendorong minat masyarakat untuk
mengkonsumsi sayur-sayuran. Dengan demikian tentu diharapkan permintaan pasar
akan sayur-sayuran, saat ini akan terus meningkat, khususnya di daerah
perkotaan. Meningkatnya minat masyarakat terhadap sayursayuran, khususnya bayam
dapat memberikan motivasi yang kuat bagi petani untuk mengusahakan dan
membudidayakan sayuran bayam secara intensif
.
Tanah-tanah di daerah tropik termasuk di
indonesia pada umumnya memiliki kandungan bahan organik rendah dan miskin unsur
hara (Sanchez,1982). Tanah miskin bahan organik akan berkurang kemampuan daya
sangga terhadap pupuk, sehingga efisiensi pupuk anorganik rendah, karena
sebagian besar pupuk akan hilang dari lingkungan perakaran (Widjaya Adi et
al., 1998). Tanaman sayur-sayuran pada umumnya akan tumbuh baik pada tanah
dengan kandungan bahan organik (humus) yang tinggi, tidak tergenang, memiliki
aerasi dan drainasi yang baik (Haryanto et al., 2006). Kandungan bahan organic
yang rendah merupakan kendala utama dalam produksi sayur-sayuran. Oleh karena
itu untuk mendapatkan produksi sayur-sayuran yang tinggi, disamping pemberian
pupuk kimia juga harus dilakukan pemberian pupuk organik.
Kelebihan pemakaian dan atau tidak
tepatnya waktu pemupukan dapat merusak tanaman dan mengakibatkan tidak
efisiennya pemakaian input. Secara umum, banyak petani menggunakan pupuk urea
(nitrogen) pada tanaman padi lebih banyak daripada pupuk lainnya, karena pupuk
nitrogen relatif murah harganya dibanding pupuk lain. Pemakaian pupuk yang
tidak seimbang secara terus menerus pada tanaman padi atau tanaman lainnya
dapat memperburuk degradasi tanah dan mengakibatkan meningkatnya masalah hama
dan penyakit. Tanggapan tanaman terhadap pupuk Nitrogen sangat cepat yang efeknya
dapat segera terlihat pada warna daun bayami. Sebagian besar petani cendrung
beranggapan bahwa tanaman bayam yang berwarna hijau gelap akan memberikan hasil
panen yang tinggi. Untuk menentukan warna hijau yang tepat agar mendapatkan
hasil yang maksimum digunakan bagan warna daun (LCC = Leaf Color Chart) yang
sederhana dan murah yang dapat membantu petani menentukan intensitas warna daun
bayam, sehingga petani dapat menentukan kebutuhan pupuk nitrogen yang harus
diaplikasikan. Metode ini sangat membantu petani dalam aplikasi pupuk Nitrogen
sesuai dengan yang dibutuhkan tanaman.
Disamping pupuk N, pupuk P dan K pada program
intensifikasi bayam telah menyebabkan penimbunan fosfat dan kalium pada tanah
sawah yang menyebabkan efisiensi pupuk menurun. Penurunan efisiensi ini dapat
disebabkan oleh banyak faktor, namun faktor yang utama adalah hubungan tanah
dan tanaman. Berbagai analisis dan asumsi terjadinya pelandaian
produktivitas/penurunan efisiensi pupuk adalah karena terkurasnya hara lain
sebagai akibat pemupukan N dan P berlebihan. Untuk melaksanakan intensifikasi
padi sawah diperlukan rakitan teknologi pemupukan yang lebih efisien dan mudah
diadopsi petani.
Mengingat ketersediaan pupuk kimia pada
saat sekarang ini semakin sulit, dan harganya semakin mahal, akibat adanya
pengurangan subsidi oleh pemerintah, maka penggunaannya harus diusahakan seefisien
mungkin. Pemupukan yang kurang dari kebutuhan tanaman akan menjadikan tidak optimalnya
produksi. Kelebihan pemupukan juga berarti pemborosan dan dapat menyebabkan
tanaman rentan terhadap serangan hama dan penyakit, serta dapat menimbulkan
pencemaran lingkungan. Peningkatan efisiensi pemupukan dapat dilakukan dengan
pemberian bahan organik. Salah satu sumber bahan organik yang banyak tersedia disekitar
petani adalah pupuk kandang.
RUMUSAN MASALAH
- Bagaimana pengaruh pemberian kombinasi NPK dan pupuk kandang terhadap sifat tanah pada tanaman bayam?
- Bagaimana kecepatan pertumbuhan tanaman tomat dengan perlakuan pemberian kombinasi NPK dan pupuk kandang?
- Dengan kombinasi pupuk berkosentrasi berapa tanaman tomat dapat menghasilkan hasil panen yang paling maksimal?
- Bagaimana produktifitas tanaman tomat setelah diberi kombinasi NPK dan pupuk kandang?
BATASAN MASALAH
- Subyek penelitian adalah pupuk NPK dan pupuk kandang yang digunakan untuk proses pemupukan.
- Obyek penelitian adalah tanaman tomat yang diberi 5 kosentrasi kombinasi pupuk yang berbeda.
- Parameter yang digunakan dalam penelitian adalah sifat tanah, pertumbuhan dan produktifitas tanaman bayam.
TUJUAN
PENELITIAN
- Untuk mengetahui produktifitas tanaman tomat dengan pemupukan berbeda kosentrasi kombinasi antara NPK dan pupuk kandang.
- Untuk mengetahui sifat tanah setelah pemupukan berbeda kosentrasi kombinasi antara NPK dan pupuk kandang.
- Untutk mengetahui kecepatan pertumbuhan tanaman bayam.
MANFAAT PENELITIAN
- Sebagai sumber pengetahuan bagi peneliti.
- Memberi informasi kepada masyarakat bahwa penggunaan kombinasi pupuk NPK dan pupuk kandang lebih efisien.
- Mengurangi pupuk anorganik dalam pembudidayaan tanaman bayam.
- Untuk meningkatkan produksi tanaman bayam dengan kombinasi dua pupuk.
HIPOTESIS
Dengan adanya penelitian ini
diharapkan hasil produksi tanaman bayam akan meningkat karena dengan adanya
pemupukan yang dilakukan antara kombinasi dengan pupuk kandang, mengapa
demikian karena pupuk NPK selain menyuburkan tanah juga berfungsi untuk
proteksi terhadap penyakit tanaman bayam. Disisi lain, pupuk kandang punya
kelebihan diantaranya tidak memberi efek negative ( hilangnya unsure hara pada
tanah ) seperti pemberian pupuk NPK. Sehingga sifat tanah akan stabil kecepatan tumbuh tanaman
bayam akan cepat dan produktifitasnya juga akan lebih baik.
KAJIAN TEORI
Beberapa Sifat Kimia Tanah antara lain :
Derajat Kemasaman Tanah
(pH)
Reaksi tanah menunjukkan sifat kemasaman atau alkalinitas tanah yang
dinyatakan dengan nilai pH. Nilai pH menunjukkan banyaknya konsentrasi ion
hidrogen (H+) di dalam tanah. Makin tinggi kadar ion H+ didalam tanah, semakin
masam tanah tersebut. Di dalam tanah selain H+ dan ion-ion lain ditemukan pula
ion OH-, yang
jumlahnya berbanding terbalik dengan banyaknya H+. pada tanah-tanah masam
jumlah ion H+ lebih tinggi daripada OH-, sedang pada tanah alkalis kandungan
OH- lebih banyak daripada H+. Bila kandungan H+ sama dengan OH- , maka tanah
bereaksi netral yaitu mempunyai pH = 7 (Anonim 1991).
C-Organik
Kandungan bahan organik dalam tanah merupakan salah satu faktor yang
berperan dalam menentukan keberhasilan suatu budidaya pertanian. Hal ini
dikarenakan bahan organik dapat meningkatkan kesuburan kimia, fisika maupun
biologi tanah. Penetapan kandungan bahan organik dilakukan berdasarkan jumlah
C-Organik (Anonim 1991). Bahan organik tanah sangat menentukan interaksi antara komponen
abiotik dan biotik dalam ekosistem tanah. Musthofa (2007) dalam penelitiannya
menyatakan bahwa kandungan bahan organik dalam bentuk C-organik di tanah harus
dipertahankan tidak kurang dari 2 persen.
N-Total
Nitrogen merupakan unsur hara makro esensial, menyusun sekitar 1,5 %
bobot tanaman dan berfungsi terutama dalam pembentukan protein (Hanafiah 2005). Menurut
Hardjowigeno (2003) Nitrogen dalam tanah berasal dari :
·
Bahan Organik Tanah : Bahan
organik halus dan bahan organik kasar
·
Pengikatan oleh mikroorganisme
dari N udara
·
Pupuk
·
Air Hujan
P-Bray
Unsur Fosfor (P) dalam tanah berasal dari bahan organik, pupuk
buatan dan mineral-mineral di dalam tanah. Fosfor paling mudah diserap oleh
tanaman pada pH sekitar 6-7 (Hardjowigeno 2003). Siklus Fosfor sendiri dapat
dilihat pada Gambar 2.
Dalam siklus P terlihat bahwa kadar P-Larutan merupakan hasil keseimbangan antara suplai dari pelapukan mineral-mineral P, pelarutan (solubilitas) P-terfiksasi dan mineralisasi P-organik dan kehilangan P berupa immobilisasi oleh tanaman fiksasi dan pelindian (Hanafiah 2005).
Dalam siklus P terlihat bahwa kadar P-Larutan merupakan hasil keseimbangan antara suplai dari pelapukan mineral-mineral P, pelarutan (solubilitas) P-terfiksasi dan mineralisasi P-organik dan kehilangan P berupa immobilisasi oleh tanaman fiksasi dan pelindian (Hanafiah 2005).
Kalium (K)
Kalium merupakan unsur hara ketiga setelah Nitrogen dan Fosfor yang
diserap oleh tanaman dalam bentuk ion K+. Muatan positif dari Kalium akan
membantu menetralisir muatan listrik yang disebabkan oleh muatan negatif
Nitrat, Fosfat, atau unsur lainnya. Hakim et al. (1986), menyatakan bahwa
ketersediaan Kalium merupakan Kalium yang dapat dipertukarkan dan dapat diserap
tanaman yang tergantung penambahan dari luar, fiksasi oleh tanahnya sendiri dan
adanya penambahan dari kaliumnya sendiri. Kalium tanah terbentuk
dari pelapukan batuan dan mineral-mineral yang mengandung kalium.
Natrium (Na)
Natrium merupakan unsur penyusun lithosfer keenam setelah Ca yaitu
2,75% yang berperan penting dalam menentukan karakteristik tanah dan
pertumbuhan tanaman terutama di daerah kering dan agak kering yang berdekatan
dengan pantai, karena tingginya kadar Na di laut, suatu tanah disebut tanah
alkali jika KTK atau muatan negatif koloid-koloidnya dijenuhi oleh ≥ 15% Na,
yang mencerminkan unsur ini merupakan komponen dominan dari garam-garam larut
yang ada. Pada tanah-tanah ini, mineral sumber utamanya adalah halit (NaCl).
Kelompok tanah alkalin ini disebut tanah halomorfik, yang umumnya terbentuk di
daerah pesisir pantai iklim kering dan berdrainase buruk. Sebagaimana unsur
mikro, Na juga bersifat toksik bagi tanaman jika terdapat dalam tanah dalam
jumlah yang sedikit berlebihan (Hanafiah, 2005).
Kalsium (Ca)
Kalsium tergolong dalam unsur-unsur mineral essensial sekunder
seperti Magnesium dan Belerang. Ca2+ dalam larutan dapat habis karena diserap
tanaman, diambil jasad renik, terikat oleh kompleks adsorpsi tanah, mengendap
kembali sebagai endapan-endapan sekunder dan tercuci (Leiwakabessy 1988).
Adapun manfaat dari kalsium adalah mengaktifkan pembentukan bulu-bulu akar dan
biji serta menguatkan batang dan membantu keberhasilan penyerbukan, membantu
pemecahan sel, membantu aktivitas beberapa enzim (RAM 2007).
Magnesium (Mg)
Magnesium merupakan unsur pembentuk klorofil. Seperti halnya dengan
beberapa hara lainnya, kekurangan magnesium mengakibatkan perubahan warna yang
khas pada daun. Kadang-kadang pengguguran daun sebelum waktunya merupakan
akibat dari kekurangan magnesium (Hanafiah 2005).
Kapasitas Tukar Kation
(KTK)
Kapasitas tukar kation (KTK) merupakan sifat kimia yang sangat erat
hubungannya dengan kesuburan tanah. Tanah-tanah dengan kandungan bahan organik
atau kadar liat tinggi mempunyai KTK lebih tinggi daripada tanah-tanah dengan
kandungan bahan organik rendah atau tanah-tanah berpasir (Hardjowogeno 2003).
Nilai KTK tanah sangat beragam dan tergantung pada sifat dan ciri tanah itu
sendiri.
Kejenuhan Basa (KB)
Kejenuhan basa adalah perbandingan dari jumlah kation basa yang
ditukarkan dengan kapasitas tukar kation yang dinyatakan dalam persen.
Kejenuhan basa rendah berarti tanah kemasaman tinggi dan kejenuhan basa
mendekati 100% tanah bersifal alkalis. Tampaknya terdapat hubungan yang positif
antara kejenuhan basa dan pH. Akan tetapi hubungan tersebut dapat dipengaruhi
oleh sifat koloid dalam tanah dan kation-kation yang diserap.
Beberapa Sifat Biologi Tanah antara lain :
Total Mikroorganisme Tanah
Tanah dihuni oleh bermacam-macam mikroorganisme. Jumlah tiap grup
mikroorganisme sangat bervariasi, ada yang terdiri dari beberapa individu, akan
tetapi ada pula yang jumlahnya mencapai jutaan per gram tanah. Mikroorganisme
tanah itu sendirilah yang bertanggung jawab atas pelapukan bahan organik dan
pendauran unsur hara. Dengan demikian mereka mempunyai pengaruh terhadap sifat
fisik dan kimia tanah (Anas 1989)
Selanjutnya Anas (1989), menyatakan bahwa jumlah total
mikroorganisme yang terdapat didalam tanah digunakan sebagai indeks kesuburan
tanah (fertility indeks), tanpa mempertimbangkan hal-hal lain. Tanah yang subur
mengandung sejumlah mikroorganisme, populasi yang tinggi ini menggambarkan
adanya suplai makanan atau energi yang cukup ditambah lagi dengan temperatur
yang sesuai, ketersediaan air yang cukup, kondisi ekologi lain yang mendukung
perkembangan mikroorganisme pada tanah tersebut.
Jumlah mikroorganisme sangat berguna dalam menentukan tempat
organisme dalam hubungannya dengan sistem perakaran, sisa bahan organik dan
kedalaman profil tanah. Data ini juga berguna dalam membandingkan keragaman
iklim dan pengelolaan tanah terhadap aktifitas organisme didalam tanah (Anas
1989).
Jumlah Fungi Tanah
Berperan dalam perubahan
susunan tanah. Fungi tidak berklorofil sehingga mereka menggantungkan kebutuhan
akan energi dan karbon dari bahan organik. Fungi dibedakan dalam tiga golongan
yaitu ragi, kapang, dan jamur. Kapang dan jamur mempunyai arti penting bagi
pertanian. Bila tidak karena fungi ini maka dekomposisi bahan organik dalam
suasana masam tidak akan terjadi (Soepardi, 1983).
Jumlah Bakteri Pelarut
Fosfat (P)
Bakteri pelarut P pada umumnya dalam tanah ditemukan di sekitar
perakaran yang jumlahnya berkisar 103 – 106 sel/g tanah. Bakteri ini dapat menghasilkan
enzim Phosphatase maupun asam-asam organik yang dapa melarutkan fosfat tanah
maupun sumber fosfat yang diberikan (Santosa et.al.1999 dalam Mardiana 2006).
Fungsi bakteri tanah yaitu turut serta dalam semua perubahan bahan organik,
memegang monopoli dalam reaksi enzimatik yaitu nitrifikasi dan pelarut fosfat.
Jumlah bakteri dalam tanah bervariasi karena perkembangan mereka sangat
bergantung dari keadaan tanah. Pada umumnya jumlah terbanyak dijumpai di
lapisan atas. Jumlah yang biasa dijumpai dalam tanah berkisar antara 3 – 4
milyar tiap gram tanah kering dan berubah dengan musim (Soepardi, 1983)
Total Respirasi Tanah
Respirasi mikroorganisme tanah mencerminkan tingkat aktivitas
mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi (mikroorganisme) tanah merupakan
cara yang pertama kali digunakan untuk menentukan tingkat aktifitas
mikroorganisme tanah. Pengukuran respirasi telah mempunyai korelasi yang baik
dengan parameter lain yang berkaitan dengan aktivitas mikroorganisme tanah
seperti bahan organik tanah, transformasi N, hasil antara, pH dan rata-rata
jumlah mikroorganisrne (Anas 1989).
Pemupukan pada
Tanah
Pemberian pupuk kandang dapat mengurangi
penggunaan dan meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk kimia (Ma et al., 1999;
Martin et al., 2006) juga akan menyumbangkan unsur hara bagi tanaman
serta meningkatkan serapan unsur hara oleh tanaman (Wigati et al., 2006;
Faesal et al., 2006; Taufiq et al.,2007). Disamping itu pemberian
pupuk kandang juga dapat memperbaiki sifat fisika tanah, yaitu kapasitas
tanah menahan air, kerapatan massa tanah, dan porositas total (Slameto,
1997), memperbaiki stabilitas agregat tanah (Widjaya Adi et al., 1998)
dan meningkatkan kandungan humus tanah (Wigati et al., 2006) suatu
kondisi yang dikehendki oleh tanaman sayur-sayuran. Namun pada umumnya untuk
meningkatkan produksi tananam hortikultura memerlukan bahan organik dengan
dosis tinggi.
Suwandi dan Azirin
(1986) menyatakan bahwa untuk mendapatkan hasil kentang yang tinggi membutuhkan
pupuk kandang sebesar 20-30 Mg ha-1. Pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan
produksi secara nyata pada bawang merah dengan dosis 10-30 Mg ha-1 (Zubaidah
dan Kari,1997), caisim dengan dosis 20 Mg ha-1 (Syukur, 2005). Akibatnya
penggunaan pupuk kandang dinilai banyak pihak kurang
efisien dan tidak ekonomis karena volume aplikasinya tinggi. Namun Sunarlim et
al. (1999) mendapatkan bahwa total serapan N terbaik oleh tanaman tomat dan
cabe merah didapatkan pada perlakuan kombinasi urea dan kompos yang berasal
dari kotoran ayam. Adil et al. (2006) mendapatkan bahwa untuk tanaman
bayam serapan N dan efisiensinya tertinggi didapatkan pada perlakuan kombinasi
kompos kotoran ayam dan urea. Nyinareza dan Snapp (2007) mendapatkan bahwa
pemberian pupuk kandang ayam dapat meningkatkan produksi tomat, dan meningkatkan
efisiensi serapan N sampai 20% pada percobaan lapang dan 35% pada percobaan
pot.
Selanjutnya dikatakan bahwa kombinasi
penggunaan pupuk kandang ayam dan pengurangan pupuk anorganik menghasilkan
ketersediaan N yang tinggi dan pelepasan NO3 yang konstan selama masa
pertanaman, yang menunjukkan terjadinya keselarasan antara ketersediaan dan
serapan N oleh tanaman tomat. Oleh karena itu perlu diupayakan untuk
meningkatkan efisiensi penggunaan pupuk anorganik melalui pengelolaan pupuk
terpadu, yaitu dengan mengkombinasikan antara pupuk organik dan pupuk kimia
yang tepat, sehingga biaya penggunaan pupuk dapat ditekan, tetapi tingkat
produksinya tetap tinggi.
Perkembangan akar tanaman yang sangat
pesat disebabkan oleh perbaikan sifat fisika tanah (Slameto, 1997; Wigati et
al., 2006) akibat dari meningkatnya ketersediaan unsur hara N dan P dan K serta
kandungan asam humik dan asam fulvik (humus tanah). Karena pengaruh perlakuan
terhadap panjang akar tidak nyata, maka hal ini berarti peningkatan bobot akar
tersebut disebabkan semakin banyaknya jumlah akar. Jumlah akar yang semakin
banyak akan meningkatkan kemampuan tanaman untuk menyerap unsur hara oleh
tanaman (Wigati et al., 2006; Faesal et al., 2006; Taufiq et
al., 2007), akhirnya efisiensi serapan unsur hara dari pemberian pupuk
buatan meningkat. Sunarlim et al. (1999) mendapatkan bahwa total serapan
N terbaik oleh tanaman tomat dan cabe merah didapatkan pada perlakuan kombinasi
urea dan kompos yang berasal dari kotoran ayam.
Adil et al. (2006) mendapatkan bahwa
serapan N oleh tanaman bayam serapan N dan efisiensinya tertinggi didapatkan
pada kombinasi kompos kotoran ayam dengan urea. Nyinareza dan Snapp (2007) mendapatkan
bahwa pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan produksi tomat. Serapan N oleh
tanaman pada perlakuan kombinasi pupuk kandang dan pupuk anorganik tidak
berbeda dengan perlakuan pemberian pupuk N anorganik saja. Dia menjelaskan bahwa
meningkatnya produksi tersebut disebabkan oleh serapan unsur hara lainnya,
yaitu P, K, Ca, dan Mg yang lebih tinggi pada perlakuan pupuk kandang dibandingkan
dengan tanpa pemberian pupuk kandang. Namun demikian, efisiensi serapan N oleh tanaman
tomat pada perlakuan pupuk kandang lebih tinggi (62%) daripada tanpa pupuk
kandang (52%). Ma et al. (1999) mendapatkan bahwa peningkatan serapan N
oleh tanaman akibat dari pemberian pupuk kandang disebabkan oleh menurunnya
pencucian NO3 -1.
Kemasaman tanah, C-total, dan N –total
Pernyataan Halvin et al. (1999)
bahwa pemberian pupuk urea dapat menurunkan pH tanah dan sebaliknya Slameto
(1997) dan Syukur dan Nur Indah (2006) mendapatkan bahwa pemberian pupuk kandang
dapat meningkatkan pH tanah. Eghball (2002) mendapatkan bahwa pemberian pupuk N
dalam bentuk NH4NO3 dapat menurunkan pH tanah secara nyata, tetapi penurunan pH
tersebut semakin berkurang dengan semakin meningkatnya dosis pupuk kandang yang
diberikan.
Fosfor tersedia, K-dd, Asam Humik dan Asam Fulvik
Syukur dan Nur Indah (2006) juga
mendapatkan bahwa pemberian pupuk kandang dapat meningkatkan kandungan asam
humik dan asam fulvik. Tampaknya perbaikan terhadap sifat tanah tersebut lebih
banyak disebabkan oleh pengaruh meningkatnya kandungan asam humik dan asam
fulvik. Sanchez (1982) menyatakan bahwa bahan organik tanah secara langsung
dapat berfungsi sebagai sumber unsur hara, terutama N, S, dan sebagian P, serta
unsur mikro. Secara tidak langsung bahan organik tanah berperan dalam
meningkatkan kesetabilan agregat, kapasitas menahan air, kapasitas tukar kation
(KTK), daya sangga tanah, serta menurunkan jerapan P oleh tanah.
Asam humik dan asam fulvik ini sangat
reaktif di dalam tanah karena muatan negatifnya yang sangat tinggi, sehingga
dapat menyumbangkan KTK tanah. Stevenson (1982) menyatakan bahwa sekitar 20-70%
KTK pada berbagai tanah lapisan atas disumbangkan oleh asam humik dan asam
fulfik. Wigati et al. (2006) mendapatkan bahwa pemberian pupuk kandang
dapat meningkatan KTK tanah. Peningkatan KTK tanah akan meningkatkan kemampuan
tanah untuk mengikat K, sehingga K akan terhindar dari pencucian (Ma et al.,
1999). Peningkatan asam humik dan asam fulvik yang tinggi juga akan
menyelimuti Fe/Al sehingga mengurangi jerapan P (Sanchez, 1982; Halvin et
al., 1999). Akhirnya akibat dari pemberian pupuk kandang akan meningkatkan
P tersedia dan Kdd. Hal yang sama juga didapatkan oleh Ma et al. (1999)
dan Nyinareza dan Snapp (2007). Adil et al. (2006) menyimpulkan dari
percobaan pot, bahwa kompos dari kotoran ayam dan sapi diberikan hanya cukup
untuk tanaman tomat yang berumur 3 bulan satu kali musim tanam saja, penanaman
pada musim berikutnya memberikan hasil yang kurang baik. sedangkan untuk
tanaman kangkung, pemberian kompos baik dari pupuk kandang sapi maupun pupuk kandang
ayam dapat digunakan sampai 3 kali penanaman atau sekitar 4 bulan.
METODE
PENELITIAN
Penelitian ini akan
dilaksanakan di Desa Jatingarang Kecamatan Bodeh Kabupaten Pemalang dengan luas
lahan pada masing-masing perlakuan adalah 2 x 3 meter dan dilakukan
dalam rancangan acak kelompok (RAK) dengan 3 ulangan. Perlakuan terdiri 5
macam, yaitu:
K0
= NPK 100% + pupuk kandang 0%
K1
= NPK 75% + pupuk kandang 25%
K2
= NPK 50% + pupuk kandang 50%
K3
= NPK 25% + pupuk kandang 75%
K4
= NPK 0 % + pupuk kandang 100%
Pupuk
kandang yang digunakan adalah kotoran ayam.
KESIMPULAN
- Pemberian pupuk kandang ayam dapat mengurangi pengunaan NPK. Pemberian NPK dikombinasikan dengan pupuk kandang memberikan hasil yang labih baik daripada NPK 100% atau pupuk kandang saja.
- Pemberian pupuk kandang ayam dengan dosis lebih besar pengaruhnya dapat meningkatkan C-total, N-total, P dan K tersedia
DAFTAR PUSTAKA
- Adil, H.H., N. Sunarlim, dan I. Rostika. 2006. Pangruh tiga jenis pupuk nitrogen terhadap tanaman sayuran. Biodiversitas 7 (1): 77-80.
- Halvin, J.L. , S.M. Tisdale., W.L. Nelson, and J.D. Beaton. 1999. Soil Fertility and Fertilizer. An Introduction to Nutrient Management. Prentice Hall, Inc. 499 p.
- Haryanto, E., T. Suhartini, E. Rahayu, dan H.H. Sunarjono. 2006. Sawi dan Selada. Penebar Swadaya. Jakarta.112 p.
- Suwandi dan A. Azirin. 1986. Penelitian pemupukan berimbang dalam meningkatkan produksi dan mutuhasil hortikultura (sayuran). Prosiding Lokakarya Efisiensi Penggunaan Pupuk. Cipayung, 6-7 Agustus 1986. PPT, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian. Departemen Pertanian, pp. 343-368.
- Syukur, A. 2005. Pengaruh pemberian bahan organic terhadap sifat-sifat tanah dan pertumbuhan caisim di tanah pasir pantai. J. I. Tanah Lingk. 5 (1): 30-38.
- Syukur, A dan M. Nur Indah. 2006. Kajian pengaruh pemberian macam pupuk organik terhadappertumbuhan dan hasil tanaman jahe di Inceptisol, Karanganyar. J. I. Tanah Lingk. 6 (2): 124-131.
- Wigati, E.S., A. Syukur, dan D.K.Bambang. 2006. Pengaruh takaran bahan organik dan tingkat kelengasan tanah terhadap serapan fosfor oleh kacang tunggak di tanah pasir pantai. J. I. Tanah Lingk. 6 (2): 52-58.
- Zubaidah, Y dan Z. Kari .1997. Tanggap bawang merah terhadap pupuk kandang dan pupuk nitrogen. In: J. Lumbanraja, Dermiyati, S.B. Yuwono, Sarno, Afandi, A. Niswati, Sri Yusnaini, T. Syam, daan Erwanto (Eds.). Prosiding Sem. Nas. Identifikasi Masalaah Pupuk Nasional dan Standarisasi Mutu yang Efektif. Unila-Bandar Lampung, 22 Desember 1997, pp. 53- 60.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar