EKSKRESI (PEMERIKSAAN
URINE)
I.
JUDUL
a) Glukosa
dalam urine
b) Albumin
dalam urine
c) Chloride
dalam urine
d) Ammonia
dalam urine
II.
TUJUAN
a) Memeriksa
ada tidaknya glukosa dalam urine
b) Memeriksa
ada tidaknya albumin dalam urine
c) Memeriksa
ada tidaknya chloride dalam urine
d) Untuk
mengenal bau ammonia dan hasil penguraian urea dalam urine
III.
HARI DAN TANGGAL
Rabu,
19 Mei 2010
IV.
DASAR TEORI
Sistem
urinaria terdiri atas organ-organ yang memproduksi urine dan mengeluarkannya
dari tubuh. Siatem ini merupakan salah satu sistem utama untuk mempertahankan
homeostatis (kekonstanan lingkungan internal). Sistem urinaria terdiri atas
beberapa komponen, meliputi :
1.
Ginjal,
yang berfungsi memproduksi urine.
2.
Ureter,
yang berfungsi membawa urine dari ginjal ke kandung kencing.
3.
Kandung
kencing, yang berfungsi sebagai penampung sementara.
4.
Uretra,
yang berfungsi mengeluarkan urine keluar tubuh.
Ginjal
terletak pada dinding posterior abdomen, terutama di daerah lumbal si sebelah
kanan dan kiri tulang belakang. Organ ini di bungkus lapisan lemak yang tebal,
dibelakang peritonium (di luar rongga peritonium). Panjangnya 6 - 7,5 cm dan
tebalnya 1,5 - 2,5 cm dengan berat 140 gram pada orang dewasa. Bentuk ginjal
seperti biji kacang. Struktur internal ginjal terdiri atas hilus, sinus ginjal,
pelvis ginjal, parenkim ginjal yang terdiri dari medula dan korteks, serta
lobus ginjal. Sedangkan untuk struktur nefron ginjal terdiri atas glomelurus,
kapsula bowman, tubulus kontortus proksimal, ansa henle, tubulus kontortus
distas, dan duktus pengumpul.
Fungsi ginjal
secara umum adalah sebagai berikut :
a.
Mengatur
keseimbangan air.
b.
Mengatur
konsentrasi garam dalam darah dan keseimbangan asam-basa darah.
c.
Ekskresi
bahan buangan dan kelebihan garam lewat urine.
Ø
Urine
Ginjal memproduksi
urine yang mengandung zat sisa metabolik dan mengatur komposisi cairan tubuh
melalui 3 proses utama yang meliputi :
1.
Filtrasi
Glomerulus
Glomerulus merupakan bagian yang serupa dengan sebuah
saringan cairan yang disaring yaitu filtrat glomerulus mengalir melalui tubula
renalis.
Setiap menit
kira-kira 1 liter darah yang mengandung 500 ccm plasma, mengalir melalui semua
glomerali dan sekitar 100 ccm (10%) dari itu disaring keluar. Plasma yang
berisi semua garam, glukosa, dan semua zat halus linnya. Sel dan protein plasma
terlalu besar untuk dapat menembus pori-pori saringan sehingga akan tetap
tinggal di dalam darah.
2.
Reabsorpsi
Tulubus
Sebagian besar
filtrat (99%) secara selektif direabsorpsi dalam tubulus ginjal melalui difusi
pasif gradien kimia atau listrik, transpor aktif terhadap gradien tersebut,
atau difusi terfasilitasi. Sekitar 85% natrium klorida dan air serta semua
glukosa dan asam amino pada filtrat glomerulus diabsorpsi dalam tubulus
kontortus proksimal reabsorpsi berlangsung pada semua bagian nefron.
3.
Sekresi
Tubular
Sekresi tubular
merupakan proses aktif yang memindahkan zat keluar dari darah dalam kapiler
peritubular melewati sel-sel tubular menuju cairan tubular untuk dikeluarkan
lewat urine.
·
Zat-zat
sepertiion hidrogen, kalium, dan amonium, produk akhir metabolik kreatin dan
asam hipurat serta obat-obatan tertentu secara aktif di sekresi ke dalam
tubulus.
·
Ion
hidrogen dan amonium diganti dengan ion natrium dalam tubulus kontortus distal
dan tubulus pengumpul. Sekresi tubular yang selektif terhadap ion hidrogen dan
amonium membantu dalam pengaturan pH plasma dan keseimbangan asam-basa cairan
tubuh.
·
Sekresi
tubular merupakan suatu mekanisme yang penting untuk mengeluarkan zat-zat kimia
atau yang tidak dibutuhkan.
Bila
dibandingkan jumlah zat yang disaring oleh glomerulus setiap hari dengan jumlah
yang biasanya dikeluarkan ke dalam urine, maka dapat dituliskan besar daya
selektif tubula adalah sebagai berikut :
Disaring Dikeluarkan
Air 150 1
½ (liter)
Garam
700 15 (gram)
Glukosa
170
0 (gram)
Urea 50 30 (gram)
(Evelyn
1993 : 249)
Ø
Sifat
Fisik Urine
Secara umum,
sifat fisik urine yang tampak dan relatif mudah diobservasi meliputi : warna,
bau, pH (alkalinitas), berat jenis, dan volume rata-ratanya.
1.
Warna
Urine normal berwujud encer berwarna kuning pucat.
Warnanya berubah-ubah dengan jumlah dan konsentrasi urine yang dikeluarkan.
Urine segar biasanya jernih dan menjadi keruh jika didiamkan. Pigmen utamanya
adalah urokrom, tetapi juga terdapat sejumlah kecil urobilin dan hematoporfin.
Saat demam, terjadi pemekatan urine, urine menjadi kuning tua hingga
kecoklatan.
2.
Bau
Urine memiliki bau yang khas dan cenderung berbau amonia
jika didiamkan. Bau ini dapat bervariasi sesuai dengan makanan yang dikonsumsi,
misalnya : aspargus memberikan bau metil merkaptan, pada ketosis ditemukan bau
aseton.
3.
Alkalinitas
(pH)
Urine normal cenderung asam dengan pH ntara 4,8 – 7,5
(<6). Tingkat keasaman urine bergantung pada asupan protein. Kelebihan
fosfat dan sulfat yang dihasilkan dalam katabolisme protein, asidosis, dan
kondisi demam dapat meningkatkan keasaman urine.
4.
Berat
jenis
Berkisar antara 1,003–1,030 dan bervariasi menurut
konsentrasi zat yang terlarut dalam urine.
5.
Volume
Pada orang dewasa normal, 600–2500 ml urine dibentuk tiap
harinya. Jumlah ini tergantung pada konsumsi air, suhu luar, makanan, dan
kondisi fisik. Volume urine berkurang saat musim panas karena pengeluaran urine
berbanding terbalik dengan pengeluaran keringat. Urine yang dibentuk selama
tidur kira-kira setengah dari jumlah urine yang dibentuk selama aktivitas.
Ø
Komponen
Penyusun Urine
Pada dasarnya, urine tersususn dari air dengan bahan
terlarut berupa sisa metabolit (urea), garam terlarut, dan materi organik.
Cairan dan materi pembentuk urine berasal dari darah atau cairan interstinal.
Komposisi urine berubah sepanjang proses reabsorpsi ketika molekul yang penting
bagi tubuh, misal glukosa, diserap kembali ke dalam tubuh melalui molekul
pembawa. Cairan yang tersisa mengandung urea dalam kadar yang tinggi yang dapat
menjadi sumber nitrogen yang baik untuk tumbuhan dan dapat digunakan untuk
mempercepat pembentukan kompos. Pada orang normal urine rata-rata berisi 80 –
100 gram protein dalam 24 jam, jumlah persentase air dan benda padat dalam
urine adalah sebagai berikut :
Air 96 %
Benda padat 4 % (Terdiri atas urea 2 % dan produk metbolik
lain sebanyak 2 %)
Urine tersusun atas banyak unsur penyusun. Sebagai
komponen unsur merupakan unsur yang normal terdapat dalam urine dan sebagian
merupakan unsur abnormal (bersifat patologis) yang mengindikasikan adanya suatu
penyakit tertentu.
a.
Unsur
– Unsur Normal dalam Urine
1)
Urea
(Ureum)
Menyusun
sekitar setengah dari zat padat urine . Urea merupakan hasil akhir metabolisme
protein. Berasal dari asam amino yang telah dipindah amonianya di dalam hati,
mencapai ginjal dan diekskresikan rata-rata 30 gram sehari. Kadar ureum normal
dalam darah 30 mg setiap 100 ccm darah, tetapi bergantung dari jumlah normal
protein yang dimakan dan fungsi hati dalam pembentukan ureum.
2)
Ammonia
Normalnya,
urine mengandung sedikit amonia. Ketosis dan asidosis akibat diabet akut,
dimana fungsi ginjal tidak terganggu, akan menyebabkan pengeluaran amonia yang
tinggi dalam urine.
3)
Kreatinin
dan Kreatin
Kreatinin
adalah produk pemecahan kreatin, diekskresi dalam jumlah konstan tidak
bergantung pada asupan makanan. Sedangkan, kreatin merupakan hasil buangan
kreatin dalam otot. Produk metabolisme lain mencakup benda-benda purine,
oxalat, fosfat, sulfat, dan urat.
4)
Asam
urat
Merupakan hasil akhir terpenting oksidasi purin dalam
tubuh. Asam urat berasal tidak hanya dari nukleoprotein makanan tetapi juga
dari pemecahan nukleoprotein sel dalam tubuh. Kadar normal unsur ini di dalam
darah adalah 2-3 mg setiap 100 cm, sedangkan 1,5-2 mg setiap hari diekskresikan
ke dalam urine.
5)
Asam
– asam amino
Asam-asam
amino yang terdapat di dalam urine diantaranya : Alanin, Asam butirat, Arginin,
Asam aspartat, Sitrulin, Sistein, Etanolamin, Asam glutamat, Glisin, Histidin,
Hidroksiprolin, Lisin, Leusin, Isoleusin, Prolin, Serin, dan masih banyak yang
lain. Pada orang dewasa normal, hanya sekitar 150-200 mg nitrogen asam amino
diekskresi dalam urine dalam 24 jam.
6)
Cloride
Pada
umumnya, cloride diekskresi sebagai natrium cloride. Karena sebagian besar cloride
berasal dari makanan, pengeluarannya sangat tergantung dari jumlah asupan garam
dalam makanan yang dikonsumsi.
7)
Sulfat
Sulfur
urine berasal terutama dari protein karena terdapatnya asam-asam amino yang
mengandung sulfur, metronin, sistin dalam molekul protein.
8)
Fosfat
Fosfat
urine adalah gabungan dari natrium dan kalium fosfat serta kalsium dan
magnesium fosfat (fosfat tanah). Makanan, khususnya jumlah protein yang
dikonsumsi mempengaruhi ekskresi fosfat. Sebagian fosfat juga berasal dari
pemecahan sel.
9)
Mineral,
meliputi : Natrium, Kalium, Kalsium, dan Magnesium.
10) Vitamin, hormon, dan enzim, terdapat dalam jumlah yang
kecil dalam urine.
Untuk mengetahui jumlah total unsur maupun zat-zat yang
terdapat di dalam urine, berikut ini adalah susunan urine normal (dalam gram) :
Garam (NaCl) :
10-15 Ureum : 20-30
Kalium (K) : 2,0 Kreatinin :
1,2
Kalsium (Ca) : 0,2 Asam urat :
0,7
Magnesium (Mg) :
0,1 Asam amino : 1,0
Sulfur (S) :
0,8 Asam hirufat : 0,7
Fosfor (P) :
1,0 Ammonia : 0,7
b.
Unsur
– Unsur Abnormal dalam Urine
Adanya unsur-unsur abnormal atau tidak umum terdapat
dalam urine dapat mengindikasikan adanya suatu penyakit. Dengan kata lain,
urine dapat digunakan untuk mendiagnosa suatu penyakit atau kelainan. Unsur-unsur
itu meliputi :
1)
Protein
(Albumin)
Albumin
dan globulin yang terdapat dalam urine dalam konsentrasi abnormal
mengindikasikan adanya gejala albuminaria. Normalnya, tidak lebih dari 30-200
mg protein diekskresi setiap hari dalam urine. Albumin dapat ditemukan dengan
pemanasan urine.
2)
Glukosa
Normalnya,
tidak lebih dari 1 gram gula diekskresi setiap hari. Glukosaria terjadi bila
lebih dari jumlah itu ditemukan dalam urine. Selain itu, glukosa menjadi
indikator adanya penyakit diabetes melitus (DM). Produksi insulin oleh
penderita DM sangat kurang, sehingga makanan gagal dijadikan sebagai bahan
bakar. Akibatnya, kadar gula darah terus naik hingga sampai pada ginjal dan
keluar lewat urine. Kadar glukosa darah meningkat seiring dengan pencernaan dan
penyerapan glukosa dari makanan, kadarnya tidak lebih dari 140 mg/dl pada
individu normal.
3)
Senyawa
Keton
Keton
yang diekskresikan setiap hari normalnya hanya 3-15 mg. Jumlahnya meningkat
pada kelaparan, gangguan metabolisme karbohidrat (misal : DM), kehamilan,
anestesia eter, dan beberapa jenis alkalosis.
4)
Bilirubin
dan Darah
Adanya
darah dalam urine (hematuria) dapat disebabkan karena kerusakan ginjal atau
saluran urine.
5)
Porfirin
Ekskresi
koproporfirin dalam urine orang dewasa normal adalah 60-250 ug/hari. Adanya
uroporfirin serta kenaikan jumlah koproporfirin dalam urine adalah sifat kimia
yang nyata dalam urine pasien penderita “porfirio”.
V.
ALAT
DAN BAHAN
A. Glukosa
dalam urine.
1) Urine.
2) Larutan
benedict’s.
3) Tabung
reaksi.
4) Pipet.
B. Albumin
dalam urine.
1) Urine.
2) Asam
nitrat (HNO3).
3) Tabung
reksi.
4) Pipet.
C. Chloride
dalam urine.
1) Urine.
2) Larutan
AgNO3 (10%).
3) Tabung
reaksi.
4) Pipet.
D. Ammonia
dalam urine.
1) Urine.
2) Tabung
reaksi.
3) Bunsen
(lampu spirtus).
VI.
CARA KERJA
A. Glukosa
dalam urine.
1) Mendidihkan
5 ml larutan benedict’s dalam tabung reaksi.
2) Menambahkan
8 tete urine dalam larutan tadi, kemudian memanaskan lagi selama 1-2 menit dan
membiarkan dingin.
3) Mengamati
perubahan warna yang terjadi.
·
Hijau :
kadar gula 1%
·
Merah :
kadar gula 1,5%
·
Orange :
kadar gula 2%
·
Kuning :
kadar gula 5%
B. Albumin
dalam urine.
1) Memasukkan
5 ml asam nitrat (HNO3) ke dalam tabung reaksi.
2) Memiringkan
tabung reaksi tersebut, kemudian menetesi urine dengan menggunakan pipet secara
perlahan-lahan sehingga urine turun melalui sepanjang tabung.
3) Bila
urine mengandung albumin akan terlihat urine berwarna putih yang terdapat pada
daerah kontak urine dan asam nitrat.
C. Chloride
dalam urine.
1) Memasukkan
5 ml urine ke dalam tabung reaksi, kemudian menetesinya dengan larutan AgNO3
beberapa tetes.
2) Mengamati
perubahan warna yang terjadi, adanya endapan putih menunjukkan adanya chloride
radikal.
D. Ammonia
dalam urin
1) Memasukkan
1 ml urine ke dalam tabung reaksi.
2) Memanaskan
tabung reaksi tersebut dengan api bunsen.
3) Mencium
bagaimana bau yang muncul.
VII.
DATA HASIL PENGAMATAN
·
Taftakhis
Urine
berwarna jernih dan kuning terang.
Uji
|
Pengaruh terhadap urine
|
Keterangan
|
a.
Glukosa
|
Warna urine berubah menjadi hijau dan terdapat endapan
merah bata
|
Mengandung glukosa 1 %
|
b.
Albumin
|
Tetap putih dan terdaat lapisan warna kuning di atasnya
|
Tidak mengandung protein
|
c.
Chloride
|
Terdapat endapan warna putih
|
Terdapat chloride
|
d.
Ammonia
|
Bau yang menyengat
|
Mengandung urea
|
VIII.
PEMBAHASAN
Urine atau air
kencing adalah cairan sisa metabolisme tubuh yang di ekskresikan oleh ginjal
yang kemudian akan dikeluarkan ke luar tuuh melalui proses urinasi. Urine
normal berwarna kuning muda, jenis, dan transparan. Warnanya yang kuning
berasal dari zat warna empedu, pH urine berkisar antara 6,8-7,2. Volume urine normal perhari adalah 900-1200
ml, volume tersebut dipengaruhi oleh banyak faktor diantaranya suhu, zat-zat
diuretika (misalnya : teh, alkohol, dan kopi), jumlah air minum, hormon ADH,
dan emosi.
Secara
fisiologi, urine normal terdiri atas kandungan zat-zat seperti air (96 %),
sisanya terdiri atas urea, asam urat, amonia, kreatinin, asam laktat, asam
fosfat, asam sulfat, dan klorida. Namun tidak menutup kemungkinan di dalam
urine terkandung zat-zat yang tidak biasa (abnormal) yang meliputi: protein,
glukosa, keton, bilirubin, darah, porfirin, dan lainnya. Zat-zat terseut
bersifat patologis, artinya adanya kandungan zat-zat tersebut dapat
mengindikasikan adanya suatu penyakit atau kelainan. Untuk mengetahui berbagai
zat yang terkandung dalam urine, dilakukan beberapa uji kuantitatif zat-zat
dalam urine, diantaranya glukos, albumin, klorida, amoniak.
A. Glukosa dalam urine
Glukosa merupakan sumber energi atau bahan bakar utama
bagi tubuh. Bahan bakar ini berasal dari konsumsi makanan yang mengandung
karbohidrat, asam lemak, dan protein. Hormon insulin yang disekresi oleh
pankreas mengubah glukosa menjadi energi untuk sel dengan cara mentransfer
glukosa darah ke sel-sel yang membutuhkan. Selain itu, insulin juga mengubah
glukosa menjadi energi cadangan dalam wujud glikogen dan lemak. Jika glukosa
darah berlimpah, akan diubah menjadi glikogen yang disimpan di hati dan di
otot. Sementara lemak disimpan dalam jaringan adiposa untuk menormalkan kadar
glukosa darah.
Selama berpuasa 2-3 jam, kadar glukosa menurun disertai
dengan penurunan dan peningkatan kadar glukagon. Perubahan hormon ini
menyebabkan hati menguraikan glikogen melalui glikogenesis dan membentuk
glukosa melalui proses glikogenolisis dan membentuk glukosa pula melalui proses
glukoneogenesis sehingga kadar glukosa darah dapat dipertahankan.
Pada individu normal, makanan dipakai sebagai energi.
Lebih kurang 50 % glukosa yang dikonsumsi mengalami metabolisme sempurna
menjadi CO2 dan air (H2O), 5 % diubah menjadi glikogen
dan 30-40 % diubah menjadi lemak. Berbeda bagi penderita diabetes, karena
produksi insulinnya kurang, makanan pun gagal dijadikan sebagai bahan bakar.
Akibatnya, kadar gula darah terus naik dalam batas tertentu hingga sampai
ginjal dan akhirnya keluar melalui urine. Semakin tinggi kadar gula darah,
makin banyak pula produksi. Dalam hal ini, adanya glukosa dalam urine dapat
dijadikan indikator patologis.
Untuk mendeteksi adanya glukosa dalam urine, digunakan
larutan benedict’s yang dipanaskan dengan alasan karena benedict’s dapat
mereduksi gula dalam urine pada gugus aldehid. Selama proses reaksi, akan
terjadi perubahan warna sebagai berikut :
kadar gula (mg/dL) persentase
Hijau 200-250 1 %
Merah 250-300 1,5 %
Orange 350-400 2 %
Kuning > 400 5 %
Berdasarkan hasil pengujian glukosa dalam urine yang dilakukan
diperoleh bahwa kadar glukosanya adalah 1 % dengan kadar 200-250 mg/dL yang
ditandai dengan perubahan warna menjadi hijau dan terdapat endapa merah bata.
Dalam jumlah itu, kadar gula dalam urine dikatakan masih dalam batas ambang
normal. Ditemukan konsentrasi glukosa dalam urine disebabkan oleh konsumsi gula
yang berlebih sebelum pengujian. Sebagian gula yang dikonsumsi diubah menjadi
energi dan sebagian akan disimpan sebagai cadangan energi di hati dan otot,
sedangkan kelebihannya dikeluarkan bersama urine.
B.
Albumin
dalam urine
Albumin merupakan salah satu protein utama dalam plasma
dengan jumlah terbanyak, yaitu menyusun sekitar 55-60 % dari total protein
plasma. Normalnya, albumin tidak umum ditemukan di dalam urine karena albumin
sulit melewati glomerulus sebagai filter saat pembentukan urine. Namun,
adakalanya ditemukan konsentrasi protein ini dalam urine, dikatakan masih
normal bila kadarnya tidak lebih dari 0,04 gram/L/hari. Keberadaan albumin
dalam urine dengan kadar melebihi batas normal dapat mengindikasikan terjadinya
gangguan dalam proses metabolisme tubuh.
Albumin disintesis di dalam hati, berfungsi dalam
pembentukan dan perkembangan sel. Di samping itu, albumin memegang peranan
penting dalam memelihara tekanan osmotik darah. Dalam hal pemeliharaan tekanan
osmotik, albumin bertanggung jawab mempertahankan darah agar tetap berada dalam
pembuluh darah. Bila terjadi penurunan kadar albumin dalam jumlah yang
signifikan, misalnya pada kasus gagal ginjal akut albumin keluar bersama urine.
Karena penurunan jumlah itu mengakibatkan terjadinya perembesan plasma darah
keluar dari dinding kapiler sehingga akan menimbulkan udema atau pembengkokan
jaringan.
Untuk menganalisa ada tidaknya albumin pada urine
dilakukan ”Heller’s Nitric Acid Test” dengan menggunakan asam nitrat (HNO3)
pekat. fungsi aam nitrat pekat adalah membuat urine menjadi lebih asam sehingga
protein akan dipecah menjadi oat kemudian diubah menjadi fosfat hingga
terbentuk lingkaran putih (cincin putih) di daerah kontak urine dan asam nitrat.
C.
Chloride
dalam urine
Chloride adalah salah satu zat terlarut dalam urine yang
sifatnya fisiologis yang berarti bahwa chloride umum terdaat pada urine normal.
Unsur ini merupakan salah satu filtrat glomerular yang berat molekulnya rendah
dan berfungsi dalam mempertahankan keseimbangan asam-basa tubuh. Chloride
terutam diekskresi sebagai Natrium Chloride (NaCl). NaCl menyusun sekitar ¼ (10-15
gram) dari zat padat urine. Sebagian besar chloride berasal dari makanan. Oleh
karena itu, pengeluarannya pun sangat tergantung pada jumlah konsumsinya.
Adanya unsur chloride dalam urine dapat dideteksi dengan
pemberian senyawa AgNO3 10%. Dalam pengujian, digunakan senyawa AgNO3
karena senyawa tersebut mengandung unsur Ag (Argentum atau Perak) yang dapat
mengikat chlor, ditandai dengan terbentuknya endapan putih.
Berdasarkan hasil uji chloride dalam urine diperoleh
bahwa terbentuk endapan putih. Endapan putih yang terbentuk menunjukkan adanya
chloride yang terlarut dalam urine. Semakin banyak endapan, maka semakin banyak
pula kandungan chloride dalam urine.
D.
Ammonia
dalam urine
Pada dasarnya, urine tersusun atas 96 % air, 2 % urea,
dan selebihnya adalah produk metabolik lain. Urea [CO(NH2)2]
berasal dari pemecahan asam amino. Oleh hati, asam amino dipecak menjadi ureum,
asam urine, hingga akhirnya terbentuk amoniak. Jadi amoniak dapat dikatakan
sebagai sampah hasil sisa metabolisme tubuh. Oleh karena itu, keberadaannya
dalam urine untuk dibuang adalah suatu hal yang normal. Untuk mengetahui adanya
amoniak dalam urine, urine cukup didiamkan atau dipanaskan. Bila didiamkan,
butuh waktu yang relatif lama untuk urea dapat diurai menjadi ammonia. Oleh
karena itu, pemanasan dilakukan untuk mempercepat hidrolisis urea dengan reaksi
sebagai berikut :
CO(NH2)2 (aq)
+ H2O (l) CO2
(g) + 2 NH3 (g)
Terbentuknya ammonia ditandai dengan munculnya bau yang
khas yang relatif tajam dan menusuk hidung.
Berdasarkan hasil pengujian amonia dalam urine, diperoleh
hasil bahwa bau ammonia sangat menyengat. Hal ini dikarenakan kadar urea yang
dipecah jadi ammonia dipengaruhi oleh jumlah konsumsi protein dan fungsi hati.
Semakin banyak protein yang dikonsumsi, maka semakin banyak pula urea yang
dipecah menjadi amoniak sehingga baunya pun semakin tajam.
IX.
KESIMPULAN
ü
Urine
merupakan cairan sisa yang diekskresikan oleh ginjal dan dikeluarkan dari tubuh
melalui proses urinasi. Urine normal berwarna kuning jernih, pH berkisar antara
6,8 - 7,2.
ü
Glukosa
dan albumin merupakan zat terlarut dalam urine yang sifatnya patologis, dalam
arti dapat dijadikan indikator suatu penyakit. Sedangkan, chloride dan ammonia
adalah zat terlarut dalam urine yang sifatnya fisiologis atau umum terdapat
dalam urine normal.
ü
Glukosa
merupakan sumber energi utama bagi tubuh. Sumber energi ini berasal dari
makanan yang mengandung karbohidrat, protein (asam amino), dan lemak (asam
lemak). Kadar glukosa darah meningkat seiring dengan penyerapan glukosa dari
makanan. Adanya konsentrasi glukosa dalam urine dapat mengindikasikan adanya
penyakit diabetes.
ü
Albumine
merupakan salah satu protein utama dalam plasma, menyusun 55–60 % dari total
protein plasma. Albumine berfungsi dalam pembentukan dan perkembangan sel serta
mempertahankan tekanan osmotik darah.
ü
Kadar
chloride atau natrium klorida (NaCl) dalam urine tergantung pada jumlah garam
yang dikonsumsi.
ü
Kadar
ureum dalam urine yang dipecah menjadi ammonia dipengaruhi oleh jumlah konsumsi
protein. Semakin banyak protein yang dikonsumsi, maka semakin banyak pula ureum
yang dipecah menjadi ammonia sehingga bau urine juga semakin tajam.
X.
JAWABAN PERTANYAAN
a) Glukosa
dalam urine.
1) Buatlah
sirkus dalam tubuh dan jelaskan mengapa terjadi perubahan demikian?
Jawab
: Siklus perubahan glukosa tubuh :
Glikogen di hati
Asam laktat Glukosa
darah
Glikogen
di otot
Apabila glukosa berlebih, maka glukosa
diubah menjadi glikogen dalam hati dan otot. Glikogen dalam hati dapat pula
dibentuk dari asam laktat dari proses glikolisis.
2) Bagaimanakah
perubahan glukosa darah setelah beberapa saat makan?
Jawab
: setelah beberapa saat makan, makanan diubah menjadi glukosa, kemudian
dilepaskan kealiran darah. Hormon insulin yang disekresi oleh pankreas,
memindahkan glukosa dari darah dan mengeluarkannya ke dalam sel sehingga dapat
digunakan sebagai bahan bakar. Sebagian glukosa disimpan dalam hati sebagai
glikogen.
3) Bagaimanakah
hubungannya dengan kadar glukosa optimum darah? Jelaskan!
Jawab
: kadar glukosa darah meningkat seiring dengan pencernaan dan penyerapan
glukosa dari makanan. Pada individu normal, kadar glukosa tidak lebih dari 140
mg/dl.
b) Albumin
dalam urine.
1) Apakah
hubungannya kadar albumin yang tinggi dalam urine dengan kesehatan yang
bersangkutan? Jelaskan!
Jawab
: keberadaan albumin dalam urine dengan jumlah yang melebihi batas normal yaitu
0-0,4 gr/L/hari, mengindikasikan terjadinya gangguan dalam poses metabolisme
tubuh.
c) Chloride
dalam urine.
1) Chloride
yang terdapat dalam urine berasal dari apa? Jelaskan!
Jawab
: chloride yang terdapat dalam urine berasal dari garam (NaCl) yang dikonsumsi.
2) Apakah
chloride selalu terdapat dalam urine? Jelaskan!
Jawab
: chloride dalam bentuk NaCl biasanya diekskresikan lewat urine untuk
mengimbangi jumlah yang masuk melalui oral sehingga keseimbangan asam basa
tubuh dapat dipertahankan. NaCl menyusun sekitar ¼ dari zat padat urine.
3) Tuliskan
reaksi kimia yang terjadi pada percobaan di atas bila uji tersebut positif?
Jawab : NaCl + AgNO3 AgCl
+ NaNO3
d) Ammonia
dalam urine.
1) Berasal
dari apa ammonia
dalam urine?
Jawab
: ammonia berasal dari pemecahan asam amino. Oleh hati, asam amino di pecah
menjadi ureum, asam urine, hingga terbentuk ammonia.
2) Enzim
apa yang bekerja?
Jawab
: enzim yang bekerja adalah enzim glutaminase.
DAFTAR
PUSTAKA
Campbel, Reece, Mitchel.1999.Biologi.Jakarta : Erlangga
Ganong, William F.2002.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.Jakarta : EGC
Guyton, C.1992.Buku
Teks Fisiologi Kedokteran. Jakarta : EGC
Irianto,
Kus.2004.Struktur dan Fungsi Tubuh
Manusia.Bandung : Yrama Widya
Kimball, John W.2000.Biologi.Jakarta : Erlangga
Roshayanti,
Fenny.2009.Petunjuk Praktikunm Anfisman.Semarang
: IKIP PGRI Press
Sloane, Ethel.2003.Anatomi Dan Fisiologi Untuk Pemula.Jakarta
: EGC